Jalan Panjang Williams, Terpuruk dan Berusaha Kembali Berjaya

Williams F1 Motor Home (dok. Williams Racing)

GEOMOTORSPORT.ID - Setelah 43 Tahun Williams Racing dimiliki sepenuhnya oleh Frank Williams dan keluarganya, Williams akhirnya berpindah kepemilikan seiring dengan dijualnya tim asal Grove tersebut kepada Dorilton Capital. Selain melepas kepemilikan saham mereka, keluarga Williams juga menarik diri dari tim Williams seutuhnya setelah GP Italia tahun lalu.

Williams berada dalam situasi yang cukup sulit, terlebih selama tiga musim terakhir mereka berada didasar klasemen kejuaraan konstruktor. Bahkan, musim lalu untuk pertama kalinya sepanjang sejarah tim legendaris ini berdiri, Williams gagal meraih poin sama sekali sepanjang musim.

Meski begitu, secara keseluruhan performa Williams mengalami peningkatan yang cukup signifikan musim lalu, terlebih dibandingkan dengan performa mereka di musim 2019, dengan George Russell berhasil menembus sesi kualifikasi 2 sebanyak sembilan kali dari total tujuh belas gelaran balap musim lalu. Namun sayangnya, performa pada sesi kualifikasi tidak dapat di replikasi oleh kedua pembalap pada sesi balap, dimana Williams tidak memiliki race pace yang baik.

Menghadapi musim 2021, Williams resmi mengumumkan Jost Capito sebagai CEO baru mereka, mempermanenkan Simon Roberts sebagai Team Principal, merekrut Jenson Button sebagai “penasehat senior”, serta merekrut Francois-Xavier Demaison sebagai direktur teknik. Selain itu, mereka juga mengumumkan peningkatan kemitraan teknis dengan Mercedes mulai dari musim 2022, dimana Mercedes akan “memasok komponen tertentu yang dapat dialihkan”. Peningkatan kemitraan tersebut mengakhiri status Williams sebagai “tim konstruktor independent” yang memproduksi sendiri komponen untuk keperluan tim. 

Patut ditunggu bagaimana kiprah Williams dibawah komando Capito dan juga Roberts yang akan menjalani musim penuh pertamanya bersama Williams, setelah sebelumnya Roberts menjalankan tugas sebagai “Interim Team Principal” menggantikan Claire Williams. Sejauh ini, performa Williams menunjukan trend yang baik dengan George Russell selalu berhasil menembus sesi Q2, namun sayang performa apik di sesi hari sabtu tidak dapat direplikasi dengan baik pada sesi balapan di hari minggu.

Salah satu faktor yang mengakibatkan perfoma Williams relatif buruk pada saat sesi balapan adalah filosofi “peaky aerodynamic” yang diambil oleh tim sebagai konsekuensi atas perubahan regulasi musim 2021. Menurut Gary Anderson dalam kolomnya di laman The Race, filosofi tersebut mengakibatkan performa George Russell dan Nicholas Latifi akan sangat tergantung pada kondisi angin, dimana sedikit hembusan angin saja dapat membuat performa mobil menjadi sangat buruk.

Sebagai konsekuensi atas pemilihan filosofi tersebut, performa Williams dalam beberapa balapan terakhir cukup inkonsisten. Hal ini dibuktikan dengan performa Russell pada gelaran GP Emilia Romagna dan Portugal, dimana performa ciamik Russell di balapan GP Emilia Romagna sebelum ia mengalami insiden dengan Valtteri Bottas, gagal terulang di GP Portugal akibat kondisi angin di sirkuit Portimao yang cukup kencang.

Menghadapi GP Monako yang juga menandai penampilan ke-750 kali Williams di ajang tertinggi balap roda empat, patut dinanti apakah pertaruhan Williams dengan filosofi "peaky aerodynamic" akan menghasilkan poin pertama bagi Williams semenjak GP Jerman pada tahun 2019, atau Williams akan kembali puasa poin di musim ini. (geomotorsport.id/Rifqi Satria K).

Posting Komentar

0 Komentar